×
image

Hujan Jakarta Bawa Plastik: Ini Sumber Utama Mikroplastik Menurut Penelitian BRIN

  • image
  • By Shandi March

  • 24 Oct 2025

Ilustrasi. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa air hujan di Jakarta sudah terkontaminasi mikroplastik, menjadikannya media pembawa partikel plastik mikroskopis. (Foto: wirestock-freepik)

Ilustrasi. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa air hujan di Jakarta sudah terkontaminasi mikroplastik, menjadikannya media pembawa partikel plastik mikroskopis. (Foto: wirestock-freepik)


LBJ – Warga Ibu Kota kini menerima "pesan" serius langsung dari langit. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa air hujan di Jakarta sudah terkontaminasi mikroplastik, menjadikannya media pembawa partikel plastik mikroskopis. Temuan ini menjadi alarm keras bagi kota megapolitan dengan aktivitas padat dan tingginya penggunaan plastik.

Penelitian yang berlangsung selama 12 bulan di Jakarta ini mengungkap variasi jumlah partikel mikroplastik di air hujan. Profesor Riset BRIN, Muhammad Reza Cordova, menjelaskan, kelimpahan mikroplastik berkisar antara tiga hingga 40 partikel per meter persegi per hari.

"Dalam waktu kurang dari satu detik, mikroplastik di udara bisa larut dan terbawa turun oleh hujan. Karena itu kami menyebutnya sebagai air hujan yang sudah ‘terkontaminasi’,” ungkap Reza dalam diskusi “Isu Mikroplastik Dalam Air Hujan dan Fenomena Panas Ekstrem” di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/10).

Baca juga : Penyidik Bongkar Kejanggalan di Balik Klaim 88 Tas Mewah Sandra Dewi Hasil Endorse

Partikel mikroplastik ini, yang berukuran sangat kecil, berasal dari pakaian sintetis seperti poliester dan nilon, serta plastik sekali pakai. Partikel halus ini mudah terlepas ke udara, terutama saat dicuci, dibakar, atau terurai karena paparan sinar matahari.

Reza menekankan, penyebaran partikel ini sangat erat kaitannya dengan pengelolaan sampah dan aktivitas manusia. Meskipun Jakarta mencatat lebih dari 95% sampahnya berhasil terangkut, wilayah penyangga seperti Bogor, Depok, Bekasi, Banten, dan Purwakarta menunjukkan tingkat pengumpulan sampah masih di bawah 50%.

"Banyak warga masih membakar sampah secara terbuka, dari sanalah mikroplastik dilepaskan ke udara,” jelasnya. Pembakaran terbuka dan musim kemarau menjadi faktor utama yang meningkatkan kadar mikroplastik di atmosfer. Fungsional Madya BMKG, Dwi Atmoko, menambahkan, mikroplastik bahkan bisa berpindah mengikuti pola angin, sehingga partikel yang turun di Jakarta belum tentu berasal dari Jakarta.

Baca juga : Transjakarta Alihkan 39 Rute Akhir Pekan Ini karena Jakarta Running Festival 2025, Catat Jalurnya!

Penelitian BRIN ini dilaksanakan selama 12 bulan di wilayah Jakarta. Sayangnya, fenomena hujan mikroplastik ini tidak hanya terjadi di Ibu Kota, tetapi juga tercatat di 18 kota besar lainnya di Indonesia.

Muara Angke, misalnya, mengalami peningkatan kadar mikroplastik hingga lima kali lipat antara tahun 2015 dan 2022.

Penelitian krusial ini dilakukan oleh BRIN dan disuarakan oleh Profesor Riset BRIN, Muhammad Reza Cordova. Temuan ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan.

"Temuan ini harus menjadi alarm bersama. Mikroplastik adalah jejak aktivitas manusia yang tidak bisa diabaikan. Kini bahkan air hujan pun memberi pesan bahwa bumi butuh kita rawat,” tegas Reza Cordova.

Sebagai langkah ke depan, Reza mendorong pengembangan bioplastik alami dan penelitian mikroba penghancur plastik.

Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rahmat Aji Pramono, menegaskan bahwa partikel plastik ini berpotensi menimbulkan peradangan saluran pernapasan dan bahkan bisa masuk ke organ vital.

Baca juga : Kisah Butet, Pencari Damar Bertahan Hidup Diserang Tiga Harimau

Kelompok rentan seperti ibu hamil, perokok, dan penderita penyakit kronis menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi.

Mikroplastik bersifat seperti “spons” yang mampu menyerap bahan kimia dan mikroorganisme berbahaya. Jika terhirup, partikel ini memicu iritasi dan peradangan.

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengapresiasi temuan BRIN dan mendorong masyarakat meningkatkan kesadaran akan pengelolaan sampah.

Sementara itu, Plt. Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DKI, Rian Sarsono, menyarankan gaya hidup bersih serta menekankan peran hujan dalam membersihkan udara dari partikel berbahaya, meskipun membawa mikroplastik.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post