Gaza Terlupakan Saat Dunia Fokus ke Iran vs Israel, Ratusan Warga Mati Kelaparan
By Shandi March
20 Jun 2025
.jpeg)
Penduduk Palestina berkumpul mengantri makanan di sebuah dapur amal di Beit Lahiya, Gaza. (X@501Awani)
LBJ - Konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang meletus sejak 13 Juni 2025 seolah menenggelamkan duka panjang Gaza. Ketika dunia memperbesar lensa pada dua negara kuat itu, luka rakyat Palestina kian menganga dalam diam.
Selama beberapa bulan terakhir, Jalur Gaza menjadi titik paling kelam dari tragedi kemanusiaan global. Setelah bertahun-tahun tercekik blokade Israel, warga Gaza berharap akan sedikit kelegaan saat sejumlah bantuan internasional masuk. Namun harapan itu tak lebih dari fatamorgana.
Alih-alih disambut bantuan yang menenangkan, warga Gaza justru jadi sasaran tembak saat sedang mengantre makanan. Militer Israel menuding mereka "mencurigakan", lalu menghujani kerumunan dengan peluru. Tak sedikit yang tewas saat mengejar sebutir roti.
Dan kini, dunia mengalihkan perhatian. Perang besar antara dua negara, Israel dan Iran, membetot fokus media, membungkam derita Gaza yang semakin menjerit.
Baca juga : Greenpeace Demo di Kedubes AS Jakarta, Desak Hentikan Genosida Israel di Gaza
“Perang antara Israel dan Iran membuat orang-orang melupakan kami sepenuhnya,” ujar Mohammad, warga Gaza, kepada CNN. “Setiap hari, orang-orang mencoba mendapatkan makanan dan bantuan namun mereka berakhir dibawa dalam kantong jenazah.”
Umm Mustafa, warga lain, menyebut Gaza sudah “dihapus dari peta.” Tak lagi masuk headline berita. Tak lagi memancing gelombang solidaritas. "Semua [fokus] bergeser ke perang Israel-Iran," keluhnya.
Sementara itu, Abu Juma’a, warga Gaza City, menyesalkan bagaimana seruan bantuan kini sepi, bahkan untuk sekadar air bersih.
Data terbaru dari otoritas kesehatan Gaza mencatat lebih dari 55.300 orang tewas dan 128.700 lainnya luka-luka sejak Oktober 2023. Itu setara 2,5 persen dari total penduduk Gaza. Artinya, satu dari 40 warga kini telah tiada.
Baca juga : PBB Sebut Gaza Tempat Paling Kelaparan di Bumi di Tengah Blokade Bantuan Israel
Bahkan laporan studi The Lancet menyebut angka kematian bisa jauh lebih tinggi, namun sulit diverifikasi karena Israel melarang masuknya jurnalis asing ke Gaza sejak Oktober lalu.
Komite Palang Merah Internasional menyatakan kondisi Gaza saat ini sangat memprihatinkan. Warga terpaksa berebut barang bantuan yang jumlahnya minim dan distribusinya penuh risiko. Salah satu titik distribusi milik Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) justru memakan korban: lebih dari 300 orang tewas sejak akhir Mei.
Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat bahwa Israel hanya mengizinkan barang bantuan tertentu masuk Gaza. Itupun dalam jumlah terbatas dan tak mencakup kebutuhan vital seperti alat medis, bahan kebersihan, dan shelter darurat.
Harga sekantong tepung kini melonjak hingga 500 kali lipat. “Orang-orang tidak dapat menemukan apa pun untuk dimakan atau diminum,” kata Abu Mohammed, penduduk Gaza lainnya.
Baca juga : Delegasi Indonesia di Global March to Gaza Dihadang dan Diserang di Kairo, Zaskia Adya Mecca Pastikan Aman
Bagi sebagian warga, seperti Bisan Qwaider, yang tertinggal hanyalah kenangan. Ia hanya bisa menggenggam sepatu sang ayah—satu-satunya peninggalan yang tersisa setelah sang ayah tewas akibat serangan.
"Semoga Tuhan meminta pertanggungjawaban kalian," serunya ke langit, saat menatap awan yang diam-diam menyimpan semua luka Gaza.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini