×
image

Bantah TNI, Keluarga Korban Ledakan Garut Ungkap Fakta Dibayar Rp150 Ribu untuk Buka Selongsong Peluru

  • image
  • By Shandi March

  • 14 May 2025

Beredar video di media sosial diduga warga bekerja di lokasi peledakan Garut dan diberi upah oleh TNI.  (X@BiLLRaY2019)

Beredar video di media sosial diduga warga bekerja di lokasi peledakan Garut dan diberi upah oleh TNI. (X@BiLLRaY2019)


LBJ - Keluarga korban ledakan amunisi di Garut dengan tegas membantah pernyataan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menyebutkan bahwa warga sipil menjadi korban dalam insiden pemusnahan amunisi usang karena hendak memulung besi bekas.

Agus Setiawan, warga Cibalong yang merupakan kakak kandung dari salah satu korban bernama Rustiawan, mengungkapkan fakta yang berbeda. Menurutnya, para korban justru bekerja di lokasi peledakan atas permintaan pihak TNI dan menerima upah sebesar Rp150 ribu per hari.

"(Buka) Peluru kecil, buka selongsong. Diupah per hari Rp150 ribu," ujar Agus dengan nada membantah.

Baca juga : Sembilan Jenazah Warga Sipil Korban Ledakan Garut Masih di RSUD Pameungpeuk

Agus juga menepis isu yang beredar bahwa warga sengaja datang ke lokasi pemusnahan amunisi TNI untuk mencari besi bekas dan selongsong amunisi yang akan dijual kembali. Ia menjelaskan bahwa para korban dan warga lainnya baru bekerja ketika diminta, setelah barang-barang yang akan dimusnahkan tiba di lokasi.

"(Kerjanya) Paling 12 hari beres. Jadi bukan mulung, kami tidak berburu besi bekas dan selongsong. Kami bekerja, kuli," tegasnya.

Terkait video viral yang memperlihatkan sejumlah pemotor mendekat ke lokasi ledakan, Agus membenarkan bahwa momen tersebut terjadi pada hari yang sama dengan insiden nahas itu. Akan tetapi, ia meluruskan bahwa momen tersebut terjadi setelah peledakan awal amunisi yang tidak layak pakai oleh TNI, bukan saat insiden meledaknya detonator yang menyebabkan 13 korban jiwa.

Agus menjelaskan, setelah TNI melakukan peledakan amunisi awal, warga mendekat dengan tujuan bekerja mencari besi dan sisa-sisa amunisi yang terbakar. Setelah warga selesai memunguti sisa-sisa tersebut, barulah pihak TNI kembali melakukan peledakan, yang diduga bertujuan untuk memusnahkan detonator yang sebelumnya digunakan.

Baca juga : Prediksi Idul Adha 2025 Jatuh di Awal Juni, Pemerintah Umumkan Libur dan Cuti Bersama

"Yang mungut rombongan kita-kita juga, tapi beda peristiwa. Sebelum kejadian itu," ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Kristomei Sianturi menyatakan bahwa keberadaan warga sipil di area pemusnahan amunisi adalah untuk mengumpulkan sisa-sisa serpihan logam yang memiliki nilai jual.

"Informasi yang kami dapat, kebiasaan yang ada, adalah apabila setelah peledakan itu masyarakat mendekat," kata Kristomei dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, Senin (12/5). "Kenapa mereka mendekat? Dalam rangka untuk mengambil sisa-sisa serpihan logam, tembaga, besi dari munisi-munisi yang sudah diledakkan tadi. Karena itu punya nilai jual," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Wahyu Yudhayana mengatakan bahwa bagaimana warga sipil bisa mendekat ke lokasi pemusnahan menjadi salah satu fokus investigasi pihak TNI.

Baca juga :Tragedi Garut, Dedi Mulyadi Angkat Anak Korban Ledakan Amunisi Jadi Anak Asuh

Pernyataan keluarga korban ini memberikan perspektif baru terkait tragedi ledakan amunisi di Garut dan menimbulkan pertanyaan mengenai peran serta keterlibatan warga sipil dalam proses pemusnahan tersebut.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post