×
image

Bocah 9 Tahun di Sukabumi Terinspirasi Game Online, Diduga Jadi Dalang Kebakaran 13 Rumah Warga

  • image
  • By Shandi March

  • 12 May 2025

Warga Sukabumi menangkap bocah diduga pelaku pembakaran rumah karena terinspirasi game online.(Foto:Kolase  Instagram @fakta.indo)

Warga Sukabumi menangkap bocah diduga pelaku pembakaran rumah karena terinspirasi game online.(Foto:Kolase Instagram @fakta.indo)


LBJ - Warga Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu terakhir hidup dalam kecemasan akibat serangkaian kebakaran misterius yang melanda permukiman mereka. Total 13 rumah dilaporkan hangus sejak Rabu, 30 April 2025, dengan waktu kejadian yang hampir seragam: seusai salat Magrib, Isya, Subuh, dan Jumat. Fenomena ganjil ini sontak membuat geger seantero lingkungan.

Kecurigaan warga pun tak terhindarkan. Mereka meyakini bahwa ini bukanlah sekadar musibah kebetulan atau korsleting listrik biasa. Dalam kondisi diliputi rasa takut dan waswas, sejumlah warga berinisiatif melakukan ronda malam secara bergantian. Mereka juga bergerak cepat melakukan penyelidikan mandiri, berupaya memastikan keamanan lingkungan tanpa menunggu uluran tangan aparat.

Hingga akhirnya, pada Sabtu dini hari, 3 Mei 2025, sekitar pukul 04.30 WIB, warga berhasil mengamankan sosok yang selama ini mereka curigai sebagai biang keladinya. Namun, fakta yang terungkap justru jauh lebih mencengangkan.

Baca juga : Demi Lanjutkan Kuliah, Polisi Tangguhkan Penahanan Mahasiswi ITB Pembuat Meme Jokowi-Prabowo

Pelakunya ternyata seorang bocah laki-laki berusia 9 tahun yang tinggal di RW 06, masih dalam satu lingkungan dengan para korban. Bocah tersebut tertangkap basah saat kedapatan membawa korek api gas dan diduga hendak melancarkan aksi serupa.

Pihak kepolisian yang menerima laporan dari warga segera bergerak cepat menangani kasus ini. Setelah melalui proses interogasi dan penyelidikan mendalam, terkuaklah motif di balik tindakan nekat si bocah.

Rupanya, ia terinspirasi oleh konten dari sebuah game online yang sering ia tonton di media sosial. Konten yang ia konsumsi tersebut mendorongnya untuk meniru adegan-adegan ekstrem yang ia anggap menarik, tanpa menyadari konsekuensi nyata yang ditimbulkannya di dunia nyata.

Menurut keterangan pihak berwajib, kasus ini telah diselesaikan melalui jalur kekeluargaan. Saat ini, bocah tersebut tengah menjalani pembinaan intensif di bawah pengawasan ketat pihak kepolisian dan keluarganya. Tujuan utama dari pembinaan ini bukan hanya untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, melainkan juga untuk melindungi masa depan sang anak agar tidak terus terjerumus dalam perilaku berisiko.

Baca juga : Calon Pengantin Pria Dibacok Saat Akan Akad Nikah di Palembang

Kasus ini membuka lebar mata banyak pihak mengenai betapa krusialnya peran orang tua dalam mengawasi aktivitas digital anak-anak mereka. Meskipun seringkali dianggap remeh, tontonan yang tidak sesuai dengan usia anak ternyata dapat memicu perilaku berbahaya jika tidak diiringi dengan bimbingan yang tepat.

Fenomena ini juga kembali mengangkat isu pentingnya literasi digital dan pengawasan media sosial pada anak-anak usia dini. Konten game online yang kerap menampilkan kekerasan, ledakan, atau tindakan ekstrem perlu dikaji ulang penyebarannya, terutama di platform yang mudah diakses anak-anak tanpa adanya kontrol yang memadai.

Warga sekitar pun berharap agar kejadian tragis ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, bukan hanya bagi keluarga si bocah, melainkan juga bagi seluruh masyarakat. Mereka menyadari bahwa menciptakan lingkungan yang aman membutuhkan keterlibatan aktif dari seluruh elemen masyarakat, bukan hanya tanggung jawab aparat atau pihak sekolah semata.

Di sisi lain, aparat setempat mengimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan identitas anak tersebut demi menjaga kondisi psikologis dan proses pemulihannya. Pembinaan yang dilakukan akan mencakup pendekatan psikologis dan edukatif, termasuk konseling dan pendampingan khusus.

Baca juga : Kapal Wisata Tenggelam di Bengkulu, Tujuh Penumpang Dilaporkan Tewas

Dengan kejadian ini, semua pihak diingatkan bahwa keamanan bukan hanya soal pagar dan gembok, tetapi juga tentang filter digital dan perhatian emosional terhadap anak-anak di lingkungan sekitar.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post