AS Bela Israel di Sidang ICJ Terkait Bantuan Kemanusiaan Gaza
By Cecep Mahmud
01 May 2025

Joshua Simmons, penasihat hukum dari Deplu AS, menyatakan bahwa meskipun Israel harus memberikan bantuan ke Gaza, tidak ada keharusan hukum untuk bekerja sama dengan UNRWA. (tangkap layar X/@vioryvideo)
LBJ - Amerika Serikat membela Israel dalam sidang Mahkamah Internasional (ICJ) pada Rabu (1/5/2025). Sidang ini membahas kewajiban kemanusiaan Israel terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Pembelaan AS muncul di tengah blokade total Israel terhadap Gaza yang telah berlangsung selama 60 hari. Blokade ini memperparah krisis kelaparan di wilayah tersebut.
Sidang ICJ ini merupakan hari ketiga. Sidang ini menyusul permintaan pendapat penasihat dari Majelis Umum PBB tahun lalu. Pengepungan yang terus berlanjut ini merupakan penutupan terlama yang dialami Jalur Gaza.
Situasi ini terjadi saat pasukan Israel terus melakukan pembombardiran. Sedikitnya 30 warga Palestina dilaporkan tewas pada Rabu saja.
Kondisi ini memicu peringatan akan bencana kelaparan. Dapur amal yang tersisa di seluruh Gaza memperingatkan potensi penutupan dalam beberapa hari ke depan jika bantuan tidak diizinkan masuk.
Baca juga: Kebakaran Hutan Hebat Landa Israel Dekat Yerusalem, Status Darurat Nasional
Amjad Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina (PNGO) di Gaza, menyampaikan kekhawatiran ini kepada Reuters. Ia menyebutkan jumlah dapur umum yang beroperasi telah menurun drastis sejak penyeberangan ditutup pada 2 Maret.
Israel melarang semua pasokan memasuki Gaza sejak tanggal tersebut. Langkah ini diambil dengan tujuan memaksa Hamas untuk merundingkan kembali kesepakatan gencatan senjata yang disepakati pada Januari.
Israel menginginkan pembebasan tawanan Israel sebagai imbalan bantuan kemanusiaan dan perpanjangan gencatan senjata. Namun, Hamas bersikeras pada gencatan senjata permanen.
Israel kemudian membatalkan gencatan senjata dan kembali membombardir Gaza pada 18 Maret. Serangan ini telah menewaskan sedikitnya 2.308 orang. Lebih dari 52.000 warga Palestina dilaporkan tewas dan 118.014 lainnya terluka di Gaza sejak perang dimulai pada Oktober 2023.
Di tengah situasi ini, sistem Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) melakukan penilaian kerawanan pangan di Gaza. Penilaian berlangsung selama satu minggu, dimulai pada 28 April.
IPC sebelumnya telah mengeluarkan beberapa peringatan tentang potensi kelaparan di Gaza. Program Pangan Dunia (WFP) juga melaporkan kehabisan stok di wilayah tersebut.
Sementara itu, rumah sakit di Gaza kewalahan menangani korban tewas dan luka-luka. Staf medis memperingatkan kekurangan pasokan medis menyebabkan lebih banyak kematian.
Baca juga: Kebakaran Hebat Landa Hotel di Kolkata, Tewaskan Sedikitnya 15 Orang
Presiden Bulan Sabit Merah Palestina, Younis al-Khatib, menyerukan sanksi terhadap Israel. Ia menilai Israel tidak memberikan ruang bagi manusia untuk hidup di Gaza.
Dalam sidang ICJ, Amerika Serikat membela Israel. Joshua Simmons, penasihat hukum dari Departemen Luar Negeri AS, menyatakan bahwa meskipun Israel harus memberikan bantuan ke Gaza, tidak ada keharusan hukum bagi Israel untuk bekerja sama dengan UNRWA.
Israel melarang UNRWA beroperasi di wilayahnya sejak Januari. Mereka menuduh sejumlah staf badan PBB tersebut terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Simmons berpendapat bahwa organisasi lain dapat menggantikan peran UNRWA. Namun, UNRWA telah berulang kali menyatakan bahwa tidak ada entitas lain yang dapat sepenuhnya menggantikan perannya. Hungaria juga menyampaikan pembelaan serupa terhadap Israel.
Federasi Rusia menyampaikan pandangan yang berbeda. Mereka menekankan pentingnya pekerjaan UNRWA bagi rakyat Palestina. Rusia menyatakan badan tersebut didukung oleh mayoritas masyarakat internasional.
Maksim Musikhin dari Kementerian Luar Negeri Rusia menyampaikan urgensi situasi di Gaza. Ia menyebutkan Gaza berada di ambang kelaparan dan jutaan warga Palestina menghadapi keputusasaan.
Sejumlah negara lain, termasuk Turki, Prancis, Indonesia, Iran, Yordania, dan Kuwait, diperkirakan akan menyampaikan kritik terhadap blokade bantuan Israel.
Rory Challands dari Al Jazeera melaporkan bahwa negara-negara yang berbicara dalam dua hari pertama sidang semuanya mengkritik tindakan Israel. Ia mencatat bahwa Amerika Serikat menjadi negara pertama yang secara terbuka membela Israel pada hari ketiga persidangan.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini