×
image

Pemilik Restoran di Tangsel Dipalak Rp3 Juta Per Bulan Demi Usaha Aman

  • image
  • By Shandi March

  • 28 Apr 2025

Ilustrasi. Pemilik Restoran di Tangsel Dipalak Rp3 Juta Per Bulan. (Foto:Freepik-creativeart)

Ilustrasi. Pemilik Restoran di Tangsel Dipalak Rp3 Juta Per Bulan. (Foto:Freepik-creativeart)


LBJ - Di tengah padatnya permukiman Tangerang Selatan, seorang pemilik restoran buka suara soal praktik pungutan liar yang dialaminya sejak membuka usaha pada 2020. Ia mengaku dipalak Rp3 juta setiap bulan oleh berbagai kelompok lingkungan sekitar.

"Dulu mereka datang rombongan. Intinya ya minta setoran, katanya untuk masyarakat sini, tapi yang terima tetap dari pihak-pihak seperti ormas, RT, RW, karang taruna," kata sang pemilik restoran, seperti dikutip dari CNNIndonesia, Jumat (25/4).

Bukan hanya satu pihak, pungutan ini melibatkan pemuda lingkungan, karang taruna, RT, RW, hingga tokoh masyarakat. Awalnya, ia menolak karena tidak ada dasar hukum yang jelas. Namun, penolakan itu berbuntut intimidasi dan gangguan terhadap usahanya.

Baca juga : Tragis, Sopir Taksi Online Dibunuh dan Dibuang Penumpangnya di Tangerang

"Waktu saya belum setuju setor, situasinya panas. Restoran saya sering didatangi, diganggu, bahkan ada yang mabuk datang. Sampai saya pernah dipanggil ke kelurahan karena katanya usaha saya menimbulkan masalah sosial," lanjutnya.

Setelah pertemuan dengan salah satu tokoh lingkungan, ia akhirnya menyepakati pembayaran "kontribusi masyarakat" dengan dua syarat: tidak menerima proposal sumbangan tambahan dan pihak peminta pungutan bertanggung jawab penuh atas keamanan usahanya.

"Kalau saya bayar tiap bulan, ya jangan diganggu lagi. Saya juga bilang kalau ada masalah, saya lempar ke mereka, karena saya sudah bayar. Dan sampai sekarang, ya relatif aman. Mereka jaga juga," tuturnya.

Baca juga :Pemotor Tabrak Pejalan Kaki di Pondok Indah, Keduanya Tewas

Dalam hampir lima tahun, ia mengaku sudah menggelontorkan sekitar Rp180 juta untuk pungutan tersebut. Meski begitu, ia menyebut penggunaan dana tersebut kurang transparan.

"Saya anggap saja itu semacam pajak informal untuk bisa usaha di tengah masyarakat," tambahnya.

Meski berat hati, ia memilih damai ketimbang membawa kasus ini ke aparat keamanan. Menurutnya, langkah hukum justru berisiko mempersulit usahanya sendiri.

"Banyak yang saranin saya minta bantuan polisi atau tentara, tapi kan akhirnya saya juga mesti bayar mereka. Sama saja. Mending saya hadapi sendiri dan jaga hubungan baik dengan warga," tegasnya.

Pemilik restoran itu berharap ke depan masyarakat bisa berkontribusi positif bagi pelaku usaha, bukan sekadar menarik setoran bulanan.

"Kalau bisa, kontribusi warga ke usaha saya itu bentuknya nyata. Bantu pasok bahan, jaga keamanan, bukan minta setoran tiap bulan," pungkasnya.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post