×
image

Rusia Hantam Ibu Kota Ukraina, Kyiv, Usai Pernyataan Trump Soal Zelensky

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 24 Apr 2025

Ibu kota Ukraina, Kyiv. (pixabay/Nataliaaa333)

Ibu kota Ukraina, Kyiv. (pixabay/Nataliaaa333)


LBJ - Rusia melancarkan serangan rudal ke ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Kamis (24/4) dini hari waktu setempat. Serangan tersebut menyebabkan sedikitnya dua orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terkait penolakannya untuk menerima pendudukan Moskow atas Krimea sebagai bagian dari kesepakatan damai.

"Kyiv diserang oleh rudal musuh," demikian pernyataan otoritas militer kota Kyiv melalui Telegram, seperti dilansir kantor berita AFP.

Pihak berwenang Ukraina sebelumnya telah mengeluarkan peringatan akan adanya potensi serangan rudal.

Beberapa jam setelah serangan, Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, mengumumkan kabar duka.

"Dua orang tewas di ibu kota," ujarnya melalui unggahan di Telegram. Ia juga melaporkan bahwa "54 orang terluka. 38 di antaranya, termasuk 6 anak-anak, dirawat di rumah sakit," katanya.

Baca juga: Trump: Potensi Penurunan Tarif Bergantung pada Respons Tiongkok

Jurnalis AFP melaporkan bahwa warga Kyiv mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan bom, termasuk di ruang bawah tanah bangunan tempat tinggal, setelah sirene peringatan serangan udara berbunyi.

Serangan rudal terakhir yang menghantam Kyiv terjadi pada awal April, menyebabkan sedikitnya tiga orang terluka. Kota Kyiv telah menjadi target serangan sporadis sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh pada Februari 2022.

Di wilayah timur Ukraina, kota Kharkiv juga menjadi sasaran serangan. Wali Kota Kharkiv, Igor Terekhov, melaporkan bahwa tujuh rudal menghantam kota tersebut. Ia kemudian menambahkan adanya "serangan drone besar-besaran" yang sedang berlangsung di Kharkiv.

Beberapa jam sebelum serangan di Kyiv, Trump menyampaikan pandangannya mengenai potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Ia menyebut kesepakatan damai "sangat dekat" namun menuduh Zelensky "lebih sulit" untuk diajak berunding.

Baca juga: Ben-Gvir Klaim Dapat Lampu Hijau dari Parlemen AS Bombardir Depot Bantuan Gaza

Trump menilai penolakan Zelensky terhadap persyaratan yang diajukannya untuk mengakhiri konflik "tidak akan menghasilkan apa-apa selain memperpanjang 'medan pembantaian'."

"Saya pikir kita punya kesepakatan dengan Rusia. Kita harus mencapai kesepakatan dengan Zelensky," kata Trump kepada wartawan.

"Saya pikir akan lebih mudah untuk berurusan dengan Zelensky. Sejauh ini lebih sulit," cetusnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance memaparkan visi AS terkait kesepakatan damai. Visi tersebut mencakup Rusia tetap menguasai sebagian besar wilayah Ukraina yang telah diduduki, termasuk Krimea.

Namun, Zelensky menolak gagasan ini karena dianggap melanggar konstitusi Ukraina.

Penolakan Zelensky ini memicu kemarahan Trump. Trump menyebut Zelensky sebagai pihak yang "menghasut" dan mengambil posisi yang "sangat merugikan negosiasi perdamaian dengan Rusia."

"Zelensky 'bisa mendapatkan Perdamaian atau, ia bisa berjuang selama tiga tahun lagi sebelum kehilangan seluruh Negara,'" tulis Trump melalui media sosialnya, Truth Social.

Trump juga menyatakan bahwa Krimea "telah hilang bertahun-tahun lalu" dan "bahkan bukan topik pembahasan."***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post